Kamis, 28 Oktober 2010

Pengembangan teknologi

Dengan mengacu kepada tingkat pengetahuan yang dibutuhakn dan dengan melakukan analogi terhadap bidang Engineering yang sudah lebih "tua" seperti elektro, mesin, arsitektur dan sipil, maka bidang Informatika pun membutuhkan insinyur serta teknisi seperti bidang engineering tersebut. Dalam bidang engineering yang lebih "tua" ini, pendidikan Sumber Daya Manusia berpola pada Sumber Daya Manusia Kejuruan, Teknisi (D3) dan Sarjana (S1, S2, S3).

 

Pada makalah ini saya mencoba untuk mengupas masing-masing tingkat pendidikan dengan pola tersebut untuk bidang Informatika.

 

Pendidikan Menengah Kejuruan

Di bidang elektronika mesin, sejak lama telah dikenal STM yang membentuk tenaga praktis. Seharusnya ini terjadi juga untuk bidang Informatika. Saat ini sudah saatnya dibutuhkan STM Informatika yang dapat diarahkan untuk menghasilkan tenaga terampil dalam bidang :

1.      Perangkat Keras (teknisi kerusakan, operator komputer mesin besar, dan sebagainya)

2.      Perangkat Lunak (operator atau pemakai perangkat lunak, juru kode, dan sebagainya)

3.      Jaringan Komputer (teknisi pemeliharaan jaringan komputer)

 

Kurukulum untuk jenjang pendidikan ini tentunya adalah dalam tingkatan pemakaian. Pemeliharaan dan penanganan kerusakan, baik untuk Perangkat Lunak maupun Perangkat Keras yang sederhana. Saat ini, kebutuhan akan tenaga seperti itu baru dipenuhi oleh kursus. Karena itu, pemerintah perlu untuk memperhatikan perkembangan dan kurikulumnya.

 

Pendidikan Teknisi

Idealnya satu insinyur membawahi beberapa teknisi. Yang ada saat ini di Indonesia, untuk tingkatan pendidikan ini adalah pendidikan D1 yang mendidik programmer dan D3 yang mencetak analis. Ini berpedoman pada kurikulum PAT Komputer Jurusan Pengguna Komputer yang didirikan di ITB. Karena ukuran program bertambah dengan 5 kali setiap tahun., maka definisi programmer dan analis perlu dikaji ulang. Kurikulum Pendidikan Teknisi seharusnya dapat menghasilkan tenaga terampil dalam bidang :

1.       Perangkat Keras (pemeliharaan/pengelolaan peralatan komunikasi atau                   data communication technisian, teknisi peralatan jaringan komputer, dan sebagainya)

2.       Perangkat Lunak (juru kode program atau programmer, koordinator dari pada pembuat program atau programmer analyst, pemeliharaan/pengelolaan basis data atau database administrator, dan sebagainya)

3.       Jaringan Komputer (pemeliharaan/pengelola jaringan atau network administrator)

Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat digolongkan menjadi S1, S2 dan S3. Untuk pendidikan S1 di Indonesia saat ini, telah dikembangkan kurikulum baku bagi Program Pendidikan Informatika atau Ilmu Komputer, dengan muatan kurikulum yang sama.

 

Strata 1 (Program Sarjana)

Kurikulum S1 saat ini di Indonesia untuk Program  Studi Ilmu Komputer atau Informatika dirancang dengan beban 144 sks dan komposisi sebagai berikut :

Ø  Mata kuliah dasar umum               30 %

Ø  Mata kuliah dasar keahlian           30 %

Ø  Mata kuliah keahlian                     34 %

Ø  Kerja Praktek dan Tugas Akhir    6 %

 

Mata kuliah dasar keahlian dan mata kuliah keahlian hanya mempu untuk membekali mahasiswa dengan keahlian Informatika secara umum. Di antara mata kuliah keahlian termasuk di dalamnya 15 % mata kuliah pilihan. Mata kuliah pilihan sebenarnya menentukan bidang spesialisasi mahasiswa yang ditekuninya dengan mengerjakan Tugas Akhir dan Skripsi (bagi Perguruan Tinggi yang masih memberlakukan adanya Skripsi). Melihat kecilnya porsi dari mata kuliah pilihan, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pendidikan S1 Informatika saat ini adalah hanya membentuk tenaga siap latih, dan belum siap pakai secara 100 % untuk bidang tertentu. Selain itu, pendidikan Informatika harus berkejar-kejaran dengan kemajuan tools (perangkat keras dan perangkat lunak) yang selalu baru sedangkan aplikasi nyata banyak yang dikembangkan berdasarkan tools yang baru. Kurikulum pada hakekatnya hanya boleh berubah setiap lima tahun. Maka kurikulum harus dibuat umum.

 

Tujuan pendidikan S1 tersebut untuk dapat menghasilkan lulusan dengan kemampuan dalam bidang :

1.      Perangkat Lunak sesuai dengan peran yang lebih spesifik misalnya : anggota tim perangcang program dan pemrograman, penguji perangkat lunak atau software tester, perancang basis data atau database engineer, software configuration manager, dan sebagainya.

2.      Perangkat Keras (perancang sistem komunikasi data atau data communicaton engineer dan sebagainya)

3.      Jaringan Komputer (perancang sistem jaringan komputer atau network engineer dan sebagainya)

 

Keterbatasan S1 adalah singkatnya waktu (sks) yang disediakan untuk mendapatkan ijasah Sarjana. Karena itu tidak mungkin bahwa lulusan S1 akan merupakan tenaga siap pakai. Solusi yang dipilih oleh Jurusan teknik Informatika adalah dengan memberikan bekal berupa pengetahuan dasar yang siap dipraktekkan di tempat kerja. Inipun hanya sempat untuk Rekayasa Perangkat Lunak dan tidak akan mampu untuk penguasaan akan materi ilmu sosial yang akan dikomputerisasi (misalnya perbankan, industri kimia, industri telekomunikasi dan sebagainya).

 

Kendala lain adalah penyiapan Sumber Daya Manusia sebagai pengajar dan pendidik dibidang Informatika. Permintaan akan tenaga lulusan Informatika sedemikian tinggi, sehingga Perguruan Tinggi harus bersaing dengan industri untuk mendapatkan tenaga pengajar. Sesuai misi Perguruan Tinggi, Dosen Informatika harus mampu untuk mengajar, meneliti dan sekaligus melakukan Pengabdian Masyarakat. Ketiga misi Perguruan Tinggi ini idealnya harus dilakukan bersamaan karena Informatika adalah ilmu yang sedang berkembang, dan sekaligus dipakai. Pengajar yang terlalu teoritis tidak membawa mahasiswa ke dunia nyata. Dosen yang tidak pernah membangun aplikasi nyata sulit untuk mencicipi siklus kehidupan Rekayasa Perangkat Lunak yang unik sebagai suatu proyek, sekaligus tidak mendapatkan pengalaman dalam menggunakan tools (Perangkat Lunak Bantu) yang banyak berkembang dan hanya tersedia di luaran (akibat pendidikan yang dasar; maka pendalaman pemakaian tools terpaksa dikesampingkan).

 

Dalam kegiatan belajar mengajar, karena Informatika tergolong ilmu yang unik maka seorang "programmer"  yang baik belum tentu mampu menjadi pengajar pemrograman. Demikian pula seorang pengajar mata kuliah Compiler akan sangat sulit mengajarkan mata kuliah (ataupun kalau berhasil sulit dimengerti mahasiswanya) jika tidak pernah "menulis/membuat" compiler walau dalam skala kecil.

 

Dosen juga perlu meneliti dan mengikuti hasil penelitian di negara maju, supaya kita tidak hanya sebagai konsumen teknologi, namun juga dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam bidang Informatika.

 

Persiapan tenaga pengajar yang handal memakan waktu yang lama. Sebagai catatan, Jurusan Teknik Informatika ITB mengirimkan staffnya ke luar negeri pada tahun 1974 untuk memulai program pendidikan pada tahun 1981. Mungkin pada saat itu persiapan lebih lama karena pada saat ITB mulai mengirimkan stafnya ke luar negeri belum ada program pendidikan Informatika di dalam negeri. Tersedianya program pendidikan yang baik di dalam negeri akan mempercepat pembentukan tenaga pengajar program Informatika.

 

Strata 2 (Program Megister)

Menurut saya, S2 bidang Informatika seharusnya mempunyai tiga arah spesialisasi :

1.      Mahasiswa berlatar belakang Informatika, yang diberi kesempatan memperdalam ilmu Informatika yang hanya sempat diberikan dasar dan aplikasinya di S1, atau

2.      Mahasiswa bidang ilmu lain atau berprofesi lain yang akan melengkapi pengetahuannya dengan rekayasa perangkat lunak supaya dapat kembali ke bidang ilmunya dan menjadi mitra yang baik dengan pengembang perangkat lunak

3.      Mahasiswa yang setelah lulus akan mampu menjadi manager yang baik dalam mengelola proyek pengembangan perangkat lunak karena pengelolaan pengembangan perangkat lunak mempunyai ciri khusus yang agak berbeda dibandingkan dengan pengelolaan bisnis yang lain.

 

Untuk arah yang pertama, lulusannya diharapkan mempunyai kemampuan :

1.      Menjadi anggota tim pengembangan perangkat lunak sistem (operating system, compiler, case tools, perangkat lunak atau jaringan komputer dan sebagainya)

2.      Menjadi anggota tim pengembangan Perangkat Lunak aplikasi yang lebih berfokus kepada Software-nya. Misalnya sebagai perancang sistem perangkat lunak atau software engineer perancang sistem komputer secara keseluruhan termasuk perangkat keras dan perangkat lunak atau system engineer.

3.      Menjadi pengontrol kualitas sistem perangkat lunak atau software quality assurance, ditinjau dari kualitas perangkat lunak sebagai software product.

 

Sedangkan untuk arah yang kedua, lulusannya diharapkan mempunyai kemampuan sebagai penganalisis kebutuhan user atau system analyst, yang fungsinya menjembatani antara pihak user sebagai pemakai sistem komputer dengan perancang dan pembuat sistem komputer secara keseluruhan (termasuk pembuat perangkat lunak dan pengambil keputusan tentang perangkat keras yang diperlukan). Dari System Analyst dapat diketahui kebutuhan user sesuai dengan bidang ilmunya. Selain itu, lulusan kategori ini akan mampu melakukan validasi, verifikasi dana quality assurance dari produk ditinjau dari materi/fungsi yang dilakukan oleh perangkat lunak.

 

Untuk kategori ketiga, lulusan harus memahami manajemen dari proyek pengembangan perangkat lunak (software project manager). Untuk saat ini, aspek ini belum dapat diwujudkan karena keterbatasan waktu dan latar belakang pengetahuan mahasiswa. Selain itu sebagai manager, diperlukan pengalaman. Sebetulnya akan ideal jika ada suatu program studi S2 yang dikhususkan kepada MBA dibidang teknologi informasi dengan syarat bahwa peserta harus sudah mempunyai pengalaman dalam suatu proyek pengembangan perangkat lunak berskala besar.

 

Program Megister Informatika, Bidang Khusus Rekayasa Perangkat Lunak, yang dikelola Program Pasca Sarjana saat ini, mengambil arah yang kedua walaupun tidak menolak lulusan Informatika.

 

 

 

 

Program Magister Rekayasa Perangkat Lunak tersebut dirancang dengan beban 36 sks dan komposisi sebagai berikut :

Ø  Materi Rekayasa Perangkat Lunak                       36 %

Ø  Materi Pendukung Rekayasa Perangkat Lunak    30 %

Ø  Materi Pendukung Keahlian Khusus                    17 %

Ø  Tesis                                                                      17 %

 

Saat ini banyak Perguruan Tinggi sudah membuka berbagai bidang keahlian atau suatu bidang studi yang lebih tajam arah pendidikannya seperti Rekayasa Perangkat Lunak, Jaringan Komputer dan System Analyst yang nyata dibutuhkan oleh industri saat ini.

 

Strata 3 (Program Doktor)

S3 menghasilkan lulusan bergelar doktor dan ditujukan untuk berfungsi sebagai peneliti dan pengajar. Sebagian besar lulusan S3 Informatika di Indonesia saat ini adalah lulusan Luar Negeri (kompas 18 Maret 1997), dan masih sangat terbatas jumlahnya serta kebanyakan bekerja utamanya sebagai pengajar dengan kegiatan lainnya meneliti.

Kegiatan penelitian di Indonesia sendiri kurang banyak dilakukan dan terbatas perkembangannya. Kesulitan peneltian di bidang Informatika disebabkan karena permintaan masyarakat masih sangat tinggi untuk aplikasi, sehingga kebanyakan tenaga lulusan Informatika harus mencurahkan perhatiannya pada pembuatan aplikasi, dan bukan pada penelitian di bidang Informatika "murni".